TIPS DAN INFORMASI KESEHATAN
TIPS DAN INFORMASI KESEHATAN MAMA PINTAR

Remaja Cenderung Dengarkan Musik ! Waspadai Depresi Pada Remaja

· · 0 comments



Kehidupan yang penuh stres pada saat ini seperti adanya nilai standar UNAS yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, bencana yang terjadi dimana-mana, dan berbagai peristiwa hidup yang menyedihkan dapat menyebabkan remaja mengalami depresi. Masih ingatkah Anda dengan kasus seorang remaja yang bunuh diri karena tidak lulus UNAS? Jika dicermati, kasus tersebut disebabkan karena depresi yang akhirnya berakibat pada bunuh diri. Perlu diketahui bahwa remaja pun bisa kena depresi dan kalau tidak diatasi, episode depresi dapat berlanjut hingga remaja tersebut dewasa. Tetapi yang paling membahayakan dari depresi adalah munculnya ide bunuh diri atau melakukan usaha bunuh diri. Hinton (1989) mengatakan bahwa meskipun depresi yang diderita tidak parah namun risiko untuk bunuh diri tetap ada. Oleh karena itu, Anda sebagai orangtua atau rekan yang dekat dengan remaja penderita depresi harus mengetahui apa sebenarnya depresi itu dan apa saja gejala-gejalanya sehingga dapat memotivasi remaja atau pun bersama-sama mengatasi masalah dan mencari pertolongan yang tepat.
                                     


Tahukah Anda apa depresi itu? Menurut American Psychiatric Association, depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dll. Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa depresi lebih banyak dialami oleh remaja? Hal ini disebabkan remaja cenderung memperhatikan citra tubuhnya, rentan mengalami peristiwa yang penuh stres, mengalami tekanan dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Hinton (1989) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal, perubahan tingkat dan pola hubungan social sehingga remaja cenderung mempersepsikan orang tua secara berbeda. Selain itu, masa pertumbuhan remaja, jarang yang berlangsung dengan lancar. Banyak masalah yang terjadi dan bisa makin serius hingga menyebabkan depresi yang berkepanjangan. Remaja yang mengalami depresi akan menjadi apatis dan menyalahkan dirinya sendiri sehingga merasa enggan untuk mencari pertolongan.


Anda dapat mengetahui apakah anak Anda mengalami depresi atau tidak maka Anda perlu mengetahui gejala-gejala depresi pada remaja. Bagaimana gejala-gejala depresi yang dialami remaja? Menurut DSM-IV-TR, ada beberapa gejala-gejala depresi pada remaja, yaitu:

  1. Kehilangan minat dan kegembiraan pada hampir semua aktivitas dan hal ini hampir terjadi setiap hari.
  2. Berat badan mengalami penurunan drastis, padahal tidak sedang melalukan diet. Atau justru mengalami peningkatan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan. Atau mengalami penurunan atau justru peningkatan nasfu makan hampir setiap hari.
  3. Mengalami insomnia (kesulitan tidur) atau hipersomnia (suka tidur atau lebih banyak tidur) hampir setiap hari.
  4. Mengalami penurunan minat dalam melakukan aktivitas yang terjadi hampir setiap hari dan kehilangan energi hampir setiap hari.
  5. Merasa dirinya tidak berharga atau merasa bersalah yang berlebihan.
  6. Kehilangan kemampuan untuk berpikir dan berkonsentrasi.
  7. Munculnya perasaan sedih hampir setiap hari.
  8. Munculnya pikiran-pikiran tentang kematian, ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana, atau adanya usaha percobaan bunuh diri, atau adanya rencana spesifik untuk bunuh diri.

 Dengan demikian, remaja yang mengalami depresi akan cenderung mengalami insomnia atau cenderung lebih banyak tidur, mengalami gangguan nafsu makan, muncul ide bunuh diri, mengalami gangguan fungsi sosial, lebih mudah tersinggung, mengalami kesulitan untuk mengekspresikan emosinya, dll.



Pertanyaannya sekarang, apa penyebab terjadinya depresi pada remaja? Depresi pada remaja disebabkan oleh kombinasi antara faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Yang termasuk faktor predisposisi adalah:

1.  Genetik

Menurut Birmaher (1998), mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki orangtua depresi maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi pada usia remaja. Dengan demikian, faktor gentik akan meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi.

2.  Pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
Jika seorang anak mengalami perlakuan yang tidak adil dari orangtuanya, hidup dalam keluarga yang tidak harmonis maka akan menyebabkan goncangan emosi yang memicu respon fisiologis dan psikologis yang mengakibatkan depresi.

 Sedangkan yang termasuk faktor presipitasi adalah peristiwa-peristiwa hidup yang penuh stres seperti sekolah, relasi dengan teman atau orangtua, pekerjaan, cinta, kematian orangtua, perselisihan dengan orangtua, kemarahan, mengalami kekerasan dalam keluarga, dll dapat menyebabkan depresi pada remaja. Shreeve (1991) juga mengemukakan bahwa seseorang dengan IQ normal atau tinggi tetapi hidup dikelilingi situasi yang penuh stres tetapi dirinya juga tidak dapat menghilangkan penyebab stres tersebut maka hal ini dapat menyebabkan depresi.


Dampak Depresi Remaja

Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian.  Remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya. 


Solusi Untuk Mengatasi Depresi

        Depresi pada remaja harus segera ditangani karena kalau berkepanjangan, dapat mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian.  Makin lama seseorang mengalami depresi, makin lemah daya tahan mentalnya, makin habis energynya, makin habis semangatnya, makin terdistorsi pola pikirnya sehingga dia tidak bisa melihat alternative solusi, tidak bisa melihat ke depan, tidak menemukan harapan, tidak bisa berpikir positif. Ini menyebabkan remaja melihat bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-satunya.

        Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi / mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu:

  1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy):CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
  2. Psychodinamic Psychotherapy:-Psychodinamic Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami.
  3. Interpersonal Psychoterapy: Interpersonal Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma, kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
  4. Terapi Suportif

Terapi suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi.

        Banyak factor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja saat awal mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Mengapa? Karena dalam terapi keluarga, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang lebih sehat.

Semoga pembahasan tentang depresi pada remaja, dapat memberikan manfaat bagi Anda dan dapat mencegah meningkatnya jumlah remaja yang mengalami depresi serta membantu menciptakan hubungan yang lebih sehat antara orangtua dengan anaknya

Remaja Depresi Cenderung Dengarkan Musik
Tahukah Anda bahwa sering mendengarkan musik memiliki hubungan dengan depresi? Sebuah studi mengungkapkan bahwa orang yang depresi lebih senang mendengarkan musik ketimbang mengerjakan kegiatan lain.

Seperti yang dikutip dari discovery, peneliti menganggap bahwa kebiasaan mendengarkan musik lebih sering dilakukan oleh remaja. Dalam sebuah penelitian yang diprakarsai oleh Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, para peneliti menemukan adanya hubungan antara gangguan depresi utama atau biasa disebut depresi klinis dengan kebiasaan mendengarkan musik pada 106 remaja.

Penelitian ini dilakukan dnegan cara menelpon 46 remaja yang didiagnosis menderita depresi dan sedang dalam pengobatan. Dengan menjawab secara langsung, para remaja tersebut melaporkan kegiatan apa yang sedang mereka lakukan, apakah sedang menggunakan internet, menonton TV atau film, mendengarkan musik, bermain video games atau membaca buku.

Hasilnya, para peneliti menemukan adanya hubungan antara mendengarkan musik dengan depresi. Orang yang cenderung mengalami depresi lebih senang mendengarkan musik ketimbang mengerjakan kegiatan lain.

Alasan mengapa remaja lebih senang mendengarkan musik saat depresi mungkin belum jelas ditemukan. Namun para peneliti berpikir bahwa dampak positif dan negatif musik dapat mempengaruhi kecenderungan ini. Misalnya, remaja akan mendengarkan musik bahagia saat merasa terpuruk atau mendengarkan musik sedih untuk mendukung keputusasaan mereka

0 comments:

Posting Komentar