TIPS DAN INFORMASI KESEHATAN
TIPS DAN INFORMASI KESEHATAN MAMA PINTAR

7 Bekal Hidup Sehat Dan Cerdas Untuk Anak

· · 0 comments

7 Bekal Hidup Sehat Untuk Anak

Cara menyenangkan membuat anak-anak mengerti bagaimana hidup sehat.
Kadang kala kita hanya terfokus untuk menjadikan hidup sehat sebagai aturan-aturan panjang yang hanya dilakukan oleh orang tua. Padahal hidup sehat berawal dari aturan-aturan sederhana yang kemudian menjadi kebiasaan. Mari kita periksa, bekal aturan sederhana apa saja yang sudah kita berikan pada anak-anak untuk kualitas hidupnya yang lebih baik.

7   Bekal   Hidup   Sehat  Dan  Cerdas   Untuk   Anak
7   Bekal   Hidup   Sehat  Dan  Cerdas   Untuk   Anak


1. Sarapan sehat untuk anak cerdas.
SARAPAN tidak hanya diperlukan orang dewasa, tetapi juga anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan selalu bergerak aktif.  Kualitas serta pola sarapan jelas sangat penting karena dengan sarapan sehat, anak-anak akan tercukupi kebutuhan gizinya selain juga memiliki cukup energi untuk berakitivitas, baik fisik maupun otak seperti berpikir, belajar, dan berkonsentrasi.

Seperti diungkapkan ahli gizi yang juga Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Sri Sukmaniah, MSc, SPGK (K), sarapan sehat untuk anak sebaiknya mengikuti pola makan seimbang yakni komposisi karbohidrat 60-68 persen, protein 12-15 persen, lemak 20-25 persen, dan serat 10-15 gram. Selain itu, porsi sarapan juga minimal mencapai 20 hingga 25 persen dari total jatah kalori selama satu hari.

"Oleh karena itu, sarapan yang sehat bagi anak 6-12 tahun idealnya terdiri dari padi-padian atau gandum utuh, buah-buahan atau sayuran, kacang-kacangan atau produk turunannya seperti tempe tahun dan susu atau produk  hewani lainnya," ungkap Sri dalam jumpa pers di Jakarta Selasa (10/6) pekan lalu.

Untuk pembagian porsi kalori, terang Sri, sarapan mencakup 20-25 persen dari kebutuhan total diet selama sehari. Makan siang dan makan malam masing-masing 30 persen, sedangkan makanan selingan dapat dilakukan dua kali dengan porsi masing-masing 10 persen.

Sarapan dapat ditambah makanan selingan pagi sehingga anak akan tercukupi energi sampai siang hari.  Sumber karbohidrat juga tidak harus nasi, golongan serealia lain seperti gandum atau oat atau produk olahannya juga dapat menjadi pengganti nasi.

Padi-padian atau sereal adalah pilihan menu ideal  buat sarapan mengingat kelengkapan kandungan gizi maupun nilai kepraktisannya. Sereal terbuat dari bahan alami dan mengandung lebih banyak serat selain aneka ragam vitamin.  Dengan demikian, sereal akan mencukupi bukan saja kebutuhan energi, melainkan banyak zat gizi esensial. Memilih sereal  untuk sarapan berarti sudah memenuhi seperempat kecukupan kalori selain kecukupan sekian vitamin, dan serat.

Untuk anak-anak, Sri juga menyarankan agar porsi sarapan sebaiknya tidak terlalu banyak karena dengan porsi besar akan mengganggu sistem pencernaannya. "Perut yang terasa penuh menyebabkan sakit sehingga aktivitasnya bisa terganggu," ungkapnya.

Tip Menyiapkan Sarapan Anak :
  • 1. Siapkan menu sarapan sehat & bergizi seimbang .
  • 2. Pilih menu sarapan yang praktis dan  bervariasi dari berbagai jenis bahan makanan.
  • 3. Sarapan tidak harus nasi. Sereal, roti, kentang, dan mie bisa menjadi alternatif.
  • 4. Susu atau hasil olahannya seperti yogurt sangat dianjurkan.
  • 5. Bisa dilengkapi dengan buah segar atau yang diblender
  • 6. Beri air minum yang cukup
  • 7. Berikan pula kesempatan buat anak merencanakan dan mempersiapkan sarapannya.

Jika selama ini kita berpikir anak cerdas hanya tergantung pada berapa banyak waktu dihabiskan untuk ikut les, maka waktunya kembali pada aturan sehat sederhana, yaitu biasakan anak untuk sarapan sehat setiap hari. Penelitian membuktikan, makanan pembuka hari (contoh menu sarapan: semangkuk sereal dengan segelas susu dan sebuah pisang) yang bernutrisi tinggi akan membuat otak anak bekerja lebih optimal dan membuat mood anak lebih ceria. Bonus yang bisa dinikmati anak kita dengan selalu sarapan adalah mereka akan terhindar dari risiko kelebihan berat badan dan memiliki tulang kuat, serta gigi yang sehat.

Tapi penelitian membuktikan, semakin hari jumlah anak yang sarapan semakin berkurang. Di Amerika Serikat misalnya, jika pada 1965 ada sebanyak 95 persen anak-anak pasti mengawali hari dengan sarapan, maka pada hari ini hanya 86 persen yang melakukan hal itu. Alasannya, berangkat ke sekolah lebih cepat demi menghindari macet. Hal yang sama juga sering dialami oleh anak-anak sekola di Indonesia. Terlebih anak-anak yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, menghindari kemacetan dengan berangkat sekolah lebih pagi adalah ‘rumus’ yang wajib dijalankan.

Untuk mengatasi ini, cobalah sediakan semangkuk sereal atau oatmeal dengan potongan buah sebagai pemanis dan penambah rasa. Ini hanya memakan waktu 5 menit, tapi manfaatnya akan sepanjang hari dinikmati oleh anak-anak. Bahkan jika anak telah terbiasa untuk sarapan, maka dia dapat menikmati hidup lebih lama. Karena sarapan membuat anak tetap memiliki berat ideal dan terhindar dari berbagai penyakit seperti serangan jantung, strok, dan diabetes.

2. Nak, kenali dan cintailah tubuhmu.
Penelitian di Amerika mengungkapkan, hanya 40 persen anak perempuan dan 25 persen anak laki-laki di usia sekolah dasar yang tidak malu dengan tubuhnya. Ini dipaparkan oleh Linda Smolak, PhD., dari Kenyon College. Smolak mempelajari imaje tubuh dan gangguan makan pada anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak yang tidak bisa menerima tubuhnya, kemudian menjadi orang yang mudah depresi, panik, dan tidak bisa bersosialisasi baik dengan sekitarnya.

Berilah konsep mencintai tubuh yang tepat kepada anak. Cara termudahnya adalah dengan mengenalkan bagian tubuh dan memberi tahu apa saja yang bisa kita lakukan untuk merawatnya. Dengan begitu anak akan merasa memiliki dan rasa inilah yang kemudian membuatnya terus sadar untuk menjaganya.

3. Makanlah sayur anakku sayang, itu membuat kamu panjang umur.
Psikolog Irvine dari University of California menyarankan kita untuk memberi iming-iming kepada anak agar mau makan sayur. Pilih iming-iming yang mudah dimengerti, seperti, “Kalau ingin terus merayakan ulang tahun, kamu harus banyak makan sayur karena ini akan membuat tubuhmu sehat dan panjang umur.”

Menurut Irvine untuk anak yang berusia sekolah dasar, ini bisa jadi trik yang menggoda. Biasanya anak-anak akan menanti-nanti hari ulang tahunnya, sebab identik dengan pesta dan kado-kado. “Tapi jangan lupa untuk memberikan contoh langsung pada anak dengan menjadi orang tua yang juga mencintai sayuran,” Irivine pun mengingatkan.

4. Jangan jadi gadget freak, Nak.
Journal of Adolescent Health mengumumkan, 25 persen anak yang disurvei (berusia 11-17 tahun) memiliki 1-2 gejala insomnia yang dikemudian hari berisiko menggunakan obat-obatan terlarang, depresi, dan tidak berprestasi bagus di sekolah. Dan mau tahu siapa ‘maling tidur’ anak? Handphone, televisi, dan laptop atau komputer.

Perangkat teknologi komunikasi itu membuat anak-anak kita lebih betah bermain handphone, menonton televisi, atau tampil di jejaring sosial ketimbang memberikan tubuh mereka istirahat yang cukup. Itu mengapa Susan Zafarlotfi, PhD., direktur pada Institute for Sleep-Wake Disorders pada Hackensack University Medical Center, menyarankan kita untuk tidak terlalu dini mengenalkan perangkat teknologi kepada anak-anak.

Untuk handphone misalnya, berilah yang sesuai kebutuhan mereka. Dan jangan lengkapi kamar mereka dengan fasilitas televisi, laptop, atau komputer. Sehingga mereka terbiasa untuk melihat kamar sebagai tempat untuk istirahat, bukan ruang untuk menghindar dari orang tua.

5. Bertanyalah apapun pada Mama dan Papa, termasuk soal seks.
Sebenarnya sebagai orang tua kita harus tahu kapan anak mulai mendapat pelajaran anatomi dari sekolah. Setelah itu, cari tahu juga hal-hal apa saja yang tidak dibicarakan secara terbuka oleh sekolah saat mempelajarinya. Ada sekolah yang merasa tak harus menerangkan banyak hal akan pubertas, perubahan hormon, psikologis laki-laki dan perempuan.

Menurut Neil Herendeen, MD., dokter anak dari Golisano Children’s Hospital dari University of Rochester Medical Center, seiring dengan pertumbuhan anak, maka dorongan untuk mengenali lawan jenis akan semakin besar. “Karena itu, pastikan anak-anak kita mendapatkan info pertamanya dari kita, orang tuanya,” Herendeen mengaskan.

Agar anak-anak nyaman bertanya apapun pada kita, hal pertama yang harus kita ciptakan adalah jadilah pendengar yang menyenangkan. “Sesekali, tanggalkan cap orang tua saat berinteraksi dengan anak. Dengan begitu anak akan menjadikan kita sebagai ‘kamus berjalan’ untuk semua rasa penasaran yang muncul. Dan situasi inilah yang menjadi pintu masuk bagi kita bisa bercerita dengan porsi yang tepat menganai seks serta seksualitas kepada anak-anak.

6. Jangan lupa mengucap syukur dan  DO'a.
Penelitian membuktikan, orang yang tetap ingat bersyukur memiliki energi positif dan optimisme yang tinggi. Ini membuat mereka lebih cepat menyelesaikan masalah, terbebas dari stress berkepanjangan, dan tak pernah merasa depresi. Demikian dijelaskan Joan Borysenko, PhD., psikolog asal Amerika Serikat. “Tak hanya itu, orang yang selalu bersyukur akan lebih mudah untuk menolong orang lain dan tidak mau menjadi orang yang matrealistis.”

Cara sederhana mengingatkan anak untuk terus bersyukur adalah dengan membiasakan diri berdoa sebelum makan dan sebelum tidur. Sedangkan untuk anak kita yang sudah dewasa, hal paling efektif adalah dengan menjadi contoh nyata bagi mereka. Ceritakan bagaimana kita begitu merasa beruntung dengan pekerjaan dan rumah yang kita punya sekarang. Dengan begitu anak-anak akan melihat orang tua mereka benar-benar menikmati dan mensyukuri hidup. Dari situlah mereka akan belajar hidup dengan lebih bahagia

7. Tak apa sesekali merasa kuatir.
Otak bagian depan mengendalikan kemampuan kita untuk membuat perencanaan, memberikan alasan, memberikan perhatian, dan berkonsentrasi. Menurut Michele Thorne, PhD., asisten profesor dari Departement Psychiatry di Indiana University School of Medicine, bagian otak ini akan terus berkembang sampai memasuki usia dewasa. “Dan bagian otak ini berkembang seiring dengan berbagai pengalaman yang dilalui anak-anak kita.”

Itu mengapa Thorne menyarankan kita sebagai orang tua untuk membiarkan anak mengenal berbagai emosi mulai dari bahagia, sedih, kuatir, panik, hingga marah. “Jangan larang atau batasi mereka untuk bertemu dengan emosi itu. Tapi setelah itu ajak mereka bicara mengenai apa yang dirasakan dan apa yang harus dilakukannya bila bertemu dengan emosi yang sama.”
Semuanya akan menjadi proses mengenali diri dan membentuk anak dengan emosi yang matang. Sehingga anak tidak menjadi orang yang panik atau bereaksi berlebihan setiap kali merasa terlalu bahagia atau sedih.

7   Bekal   Hidup   Sehat  Dan  Cerdas   Untuk   Anak 

0 comments:

Posting Komentar