Penyedap Rasa MSG Bisa Bikin Badan Gemuk
Monosodium glutamat (MSG) biasanya sering dikaitkan dengan munculnya sakit kepala setelah makan. Tapi studi terbaru menemukan bahwa MSG juga bisa meningkatkan lingkar pinggang dan kegemukan.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang mengonsumsi banyak MSG akan lebih memungkinkan memiliki kelebihan berat badan atau obesitas sehingga ukuran lingkar pinggangnya meningkat.
MSG adalah salah satu aditif yang paling banyak digunakan dalam dunia makanan. Meskipun cenderung lebih populer di negara-negara Asia, tapi makanan olahan seperti keripik dan makanan kalengan di Amerika juga mengandung MSG.
Pada jumlah tertentu MSG memang dianggap aman, tapi terkadang jika jumlahnya berlebihan atau pada orang yang sensitivitas tinggi bisa mengeluhkan sakit kepala, mual dan reaksi buruk lainnya.
Beberapa studi telah menemukan hubungan yang potensial antara penggunaan MSG dan berat badan. Para ilmuwan menuturkan bahwa orang bisa makan dalam jumlah yang besar jika makanan tersebut diberi MSG, karena ia membuat selera suatu makanan menjadi lebih enak.
Selain itu bukti lain juga menunjukkan bahwa MSG dapat mengganggu sistem sinyal di dalam tubuh yang berfungsi mengatur nafsu makan dan metabolisme yaitu hormon leptin.
"Konsumsi MSG bisa menyebabkan tubuh mengalami resistensi leptin, sehingga tubuh tidak bisa memproses energi yang diterima dari makanan secara benar yang membuat berat badannya bertambah," ujar Ka He, seorang ahli nutrisi di University of North Carolina, Chapel Hill yang memimpin studi,
Peneliti menemukan laki-laki dan perempuan yang mengonsumsi MSG rata-rata 5 gram sehari akan cenderung memiliki kelebihan berat badan sekitar 30 persen dibandingkan dengan orang yang sedikit mengonsumsi MSG (kurang dari 0,5 gram sehari). Sedangkan pada orang yang sudah kelebihan berat badan sebelumnya, maka risiko meningkat menjadi 33 persen.
Studi ini melibatkan lebih dari 1.000 orang dewasa di China selama 5,5 tahun dan hasilnya telah diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition. Untuk itu perhatikan kandungan MSG dalam setiap lebl makanan yang dikonsumsi dan hindari penggunaannya jika memasak makanan sendiri.
Monosodium glutamat (MSG) biasanya sering dikaitkan dengan munculnya sakit kepala setelah makan. Tapi studi terbaru menemukan bahwa MSG juga bisa meningkatkan lingkar pinggang dan kegemukan.
Penyedap Rasa MSG Berbahaya Dan Bisa Bikin Badan Gemuk |
Para peneliti menemukan bahwa orang yang mengonsumsi banyak MSG akan lebih memungkinkan memiliki kelebihan berat badan atau obesitas sehingga ukuran lingkar pinggangnya meningkat.
MSG adalah salah satu aditif yang paling banyak digunakan dalam dunia makanan. Meskipun cenderung lebih populer di negara-negara Asia, tapi makanan olahan seperti keripik dan makanan kalengan di Amerika juga mengandung MSG.
Pada jumlah tertentu MSG memang dianggap aman, tapi terkadang jika jumlahnya berlebihan atau pada orang yang sensitivitas tinggi bisa mengeluhkan sakit kepala, mual dan reaksi buruk lainnya.
Beberapa studi telah menemukan hubungan yang potensial antara penggunaan MSG dan berat badan. Para ilmuwan menuturkan bahwa orang bisa makan dalam jumlah yang besar jika makanan tersebut diberi MSG, karena ia membuat selera suatu makanan menjadi lebih enak.
Selain itu bukti lain juga menunjukkan bahwa MSG dapat mengganggu sistem sinyal di dalam tubuh yang berfungsi mengatur nafsu makan dan metabolisme yaitu hormon leptin.
"Konsumsi MSG bisa menyebabkan tubuh mengalami resistensi leptin, sehingga tubuh tidak bisa memproses energi yang diterima dari makanan secara benar yang membuat berat badannya bertambah," ujar Ka He, seorang ahli nutrisi di University of North Carolina, Chapel Hill yang memimpin studi,
Peneliti menemukan laki-laki dan perempuan yang mengonsumsi MSG rata-rata 5 gram sehari akan cenderung memiliki kelebihan berat badan sekitar 30 persen dibandingkan dengan orang yang sedikit mengonsumsi MSG (kurang dari 0,5 gram sehari). Sedangkan pada orang yang sudah kelebihan berat badan sebelumnya, maka risiko meningkat menjadi 33 persen.
Studi ini melibatkan lebih dari 1.000 orang dewasa di China selama 5,5 tahun dan hasilnya telah diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition. Untuk itu perhatikan kandungan MSG dalam setiap lebl makanan yang dikonsumsi dan hindari penggunaannya jika memasak makanan sendiri.
Sekedar mengingatkan tentang penggunaan MSG berlebih, terutama bagi anak-anak. Di masyarakat kita sering disebut Vetsin. Anak kecil dan Ibu yang sedang mengandung, jangan diberi MSG.
Di Indonesia, banyak beredar bermacam-macam merek "penyedap masakan". Ada yang berasal dari Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong dan lainnya. Semuanya mempunyai komposisi yang sama, yaitu Mono Sodium Glutamat (MSG) yang rumus kimianya HCOCCH(HN2)2COO-NA yang merupakan hasil campuran asam glutamat dan Natrium Hidroksida.
Asam glutamat berbeda dengan asam glutarat.
Asam glutamat termasuk asam amino yang bermuatan (polar) bersama-sama dengan asam aspartat. Ini terlihat dari titik isoelektriknya yang rendah, yang menandakan ia sangat mudah menangkap elektron (bersifat asam menurut Lewis).
Asam glutamat dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia sehingga tidak tergolong esensial.
Ion glutamat merangsang beberapa tipe saraf yang ada di lidah manusia. Sifat ini dimanfaatkan dalam industri penyedap. Garam turunan dari asam glutamat, yang dikenal sebagai mononatrium glutamat ( dikenal juga sebagai monosodium glutamat, MSG, vetsin atau micin), sangat dikenal dalam dunia boga Indonesia maupun Asia Timur lainnya sebagai penyedap masakan.
Bahan yang paling penting untuk membuat MSG yaitu asam glutamat yang berupa asam amino yang ada pada tumbuhan, hewan, minyak bumi dan pada tubuh manusia. Pernah diberitakan bahwa asam glutamat itu dibuatnya dari otak babi. Hal ini sukar untuk dipercaya sebab tidak ekonomis, susah untuk membuatnya dan lagi asam glutamat yang ada di dalam otak babi itu hanya berkadar 0,01%.Di Indonesia, asam glutamat dibuat dari Melase (gula tetes), sisa gula tebu yang sudah tidak bisa menjadi kristal.
Di negara yang tidak mempunyai tebu, asam glutamat itu dibuatnya dari ganggang, gula bit, gandum, kedelai, tapioka, minyak bumi atau sengaja dibuat secara sintetis yang membutuhkan teknologi tinggi dan modal besar.MSG dan Kesehatan Orang Jepang menggunakan MSG dari tahun 1920. Karena penggunaan MSG sudah merebak ke seluruh dunia, para ilmuwan sudah mengadakan berbagai percobaan tentang bahaya penggunaan MSG. Pada awalnya yang dipakai percobaan itu anak ayam, anak bebek, kelinci dan monyet.
Di Indonesia, banyak beredar bermacam-macam merek "penyedap masakan". Ada yang berasal dari Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong dan lainnya. Semuanya mempunyai komposisi yang sama, yaitu Mono Sodium Glutamat (MSG) yang rumus kimianya HCOCCH(HN2)2COO-NA yang merupakan hasil campuran asam glutamat dan Natrium Hidroksida.
Asam glutamat berbeda dengan asam glutarat.
Asam glutamat termasuk asam amino yang bermuatan (polar) bersama-sama dengan asam aspartat. Ini terlihat dari titik isoelektriknya yang rendah, yang menandakan ia sangat mudah menangkap elektron (bersifat asam menurut Lewis).
Asam glutamat dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia sehingga tidak tergolong esensial.
Ion glutamat merangsang beberapa tipe saraf yang ada di lidah manusia. Sifat ini dimanfaatkan dalam industri penyedap. Garam turunan dari asam glutamat, yang dikenal sebagai mononatrium glutamat ( dikenal juga sebagai monosodium glutamat, MSG, vetsin atau micin), sangat dikenal dalam dunia boga Indonesia maupun Asia Timur lainnya sebagai penyedap masakan.
Bahan yang paling penting untuk membuat MSG yaitu asam glutamat yang berupa asam amino yang ada pada tumbuhan, hewan, minyak bumi dan pada tubuh manusia. Pernah diberitakan bahwa asam glutamat itu dibuatnya dari otak babi. Hal ini sukar untuk dipercaya sebab tidak ekonomis, susah untuk membuatnya dan lagi asam glutamat yang ada di dalam otak babi itu hanya berkadar 0,01%.Di Indonesia, asam glutamat dibuat dari Melase (gula tetes), sisa gula tebu yang sudah tidak bisa menjadi kristal.
Di negara yang tidak mempunyai tebu, asam glutamat itu dibuatnya dari ganggang, gula bit, gandum, kedelai, tapioka, minyak bumi atau sengaja dibuat secara sintetis yang membutuhkan teknologi tinggi dan modal besar.MSG dan Kesehatan Orang Jepang menggunakan MSG dari tahun 1920. Karena penggunaan MSG sudah merebak ke seluruh dunia, para ilmuwan sudah mengadakan berbagai percobaan tentang bahaya penggunaan MSG. Pada awalnya yang dipakai percobaan itu anak ayam, anak bebek, kelinci dan monyet.
- Laporan Shimizhu (1971) : MSG yang diberikan kepada anak ayam yang dicampurkan pada air minumnya menyebabkan matinya anak ayam tersebut karena kerusakan ginjal.
- Laporan Greenberg (1973) : sel-sel darah putih tikus kecil yang diberi pakan MSG berubah menjadi sel-sel kanker.
- Laporan Snapir (1971) : jumlah sel otak anak ayam yang sudah diberi MSG berkurang 24% dibanding dengan anak ayam yang normal tanpa diberi MSG.
- Institut Penelitian dan Pencegahan untuk Kesehatan Nasional dari Kementrian Kesehatan Jepang mengadakan percobaan dengan jalan memberi larutan MSG 2% terhadap beberapa anak ayam. Ternyata bahwa anak ayam tersebut semuanya mati.
- Sedangkan yang dilaporkan oleh Baptist (1974) yaitu:MSG di Singapura menyebabkan penyakit radang hati dan menurukan tingkat kecerdasan (IQ) bagi anak-anak sekolah.
- Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Dr. Iwan T. Budiarso yang hasilnya, yaitu anak ayam dan anak bebek yang diberi MSG itu mati. Sedangkan anak ayam yang sudah agak besar seperti yang dibius, jalannya tidak normal, dan masih banyak gejala lainnya.
Masih banyak penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa MSG itu berefek negatif terhadap hewan-hewan percobaan.
WHO pun tidak tinggal diam, hasil penelitian berupa rekomendasi yang disampaikan pada sidang CODEX ALIMENTARY COMMISSION (CAC) tahun 1970 menyebutkan bahwa MSG berupa makanan sehari-hari, bisa dipakai paling banyak 6 mg/kg berat badan manusia dewasa. Jadi, kalau berat badannya 50 kg, seharinya tidak boleh lebih dari 2 gram.
Efek Bahaya dari Penggunaan MSG :
A. Chinese Restaurant Syndrome
Tahun 1968 dr. Ho Man Kwok menemukan penyakit pada pasiennya yang gejalanya cukup unik. Leher dan dada panas, sesak napas, disertai pusing-pusing. Pasien itu mengalami kondisi ini sehabis menyantap masakan cina di restoran. Masakan cina memang dituding paling banyak menggunakan MSG. Karena itulah gejala serupa yang dialami seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut Chinese Restaurant Syndrome.
Bagaimana sampai MSG bisa menimbulkan gejala di atas, masih dugaan sampai saat ini. Tetapi diperkirakan penyebabnya adalah terjadinya defisiensi vitamin B6 karena pembentukan alanin dari glutamat mengalami hambatan ketika diserap. Konon menyantap 2 – 12 gram MSG sekali makan sudah bisa menimbulkan gejala ini. Akibatnya memang tidak fatal betul karena dalam 2 jam Cinese Restaurant Syndrome sudah hilang.
B. Kerusakan Sel Jaringan Otak
Hasil penelitan Olney di St. Louis. Tahun 1969 ia mengadakan penelitian pada tikus putih muda. Tikus-tikus ini diberikan MSG sebanyak 0,5 – 4 mg per gram berat tubuhnya. Hasilnya tikus-tikus malang ini menderita kerusakan jaringan otak. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan pemberian MSG yang dicampur dalam makanan tidak menunjukkan gejala kerusakan otak.
Asam glutamat meningkatkan transmisi signal dalam otak, gamma-asam aminobutrat menurunkannya. Oleh karenanya, mengkonsumsi MSG berlebihan pada beberapa individu dapat merusak kesetimbangan antara peningkatan dan penurunan transmisi signal dalam otak.
C. Kanker
MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari sudut pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama. pirolisis ini sangat karsinogenik. Padahal masakan protein lain yang tidak ditambah MSG pun, bisa juga membentuk senyawa karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena asam amino penyusun protein, seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan metionin juga dapat mengalami pirolisis dari penelitian tadi jelas cara memasak amat berpengaruh.
D. Alergi
MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan masyarakat umum, tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi MSG memang dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari konsumen. Beberapa peneliti bahkan cenderung berpendapat nampaknya glutamat bukan merupakan senyawa penyebab yang efektif, tetapi besar kemungkinannya gejala tersebut ditimbulkan oleh senyawa hasil metabolisme seperti misalnya GABA (Gama Amino Butyric Acid), serotinin atau bahkan oleh histamin .
Kesimpulan :
Mengacu pada kenyataan-kenyataan di atas, kita bisa menimbang-nimbang untung dan ruginya menggunakan MSG dalam makanan sehari-hari. Satu hal paling nyata, MSG bisa menimbulkan gejala alergi atau keracunan yang disebut Chinese Restaurant Sindrom. Pusing, mual, muntah-muntah bisa menimbulkan sakit dada seperti yang terserang penyakit jantung.
Saran-saran:
- Jangan terlalu mudah mencampurkan MSG kepada makanan, karena makanan yang memakai bumbu tradisional pun sudah terasa enak.
- Hati-hati dalam penggunaan MSG. Tidak boleh melebihi takaran yang sudah ditentukan yaitu 6 mg/kg berat badan manusia/sehari buat manusia dewasa.
- Anak kecil atau Ibu yang sedang mengandung, harus hati-hati supaya jauh dari pengaruh negatif.
0 comments:
Posting Komentar