TIPS DAN INFORMASI KESEHATAN
TIPS DAN INFORMASI KESEHATAN MAMA PINTAR

Tunda Punya Anak Demi Karir Berisiko Depresi Pasca Bersalin

· · 0 comments

Tunda Punya Anak Demi Karir Berisiko Depresi Pasca Bersalin

Tunda Punya Anak Demi Karir Berisiko Depresi Pasca Bersalin

Beberapa perempuan kadang memilih menunda punya anak demi membentuk karir terlebih dahulu. Tapi sebaiknya dipikirkan lagi, karena menunda anak demi karir bisa tingkatkan risiko depresi pasca melahirkan.

Sebuah studi menunjukkan ibu yang mementingkan karir ada kemungkinan butuh persiapan lebih banyak untuk anak sulungnya dan jika sesuatu tidak berjalan seperti yang direncanakan, maka ia lebih mudah mengalami depresi setelah melahirkan (postpartum depression).

"Mungkin karena mereka terbiasa mengendalikan kehidupannya sendiri, mereka sudah menyelesaikan pendidikan panjang dan karir sebelum punya anak. Tapi seseorang tidak bisa mengendalikan bayi, jadi sebaiknya ia harus sangat fleksibel," ujar ketua riset Silje Marie Haga dari University of Oslo di Norwegia,

Dia menuturkan beberapa perempuan yang ia wawancara mengungkapkan kondisi ini kadang memberikan perasaan kecewa yang besar ketika hal-hal tertentu tidak berjalan sesuai rencana atau keinginannya.

"Kegagalan dalam mencapai harapan tertentu ini bisa memicu depresi. Sebaliknya perempuan yang memiliki pendekatan lebih santai cenderung bisa mengatasi tantangan tak terduga saat menjadi ibu secara lebih baik," 

Selain itu perempuan yang mengejar karir terlebih dahulu umumnya melahirkan saat berusia di atas 30 tahun, sehingga cenderung melahirkan secara caesar. Serta kesulitan dalam menyusui juga bisa memicu depresi, padahal dibutuhkan dukungan dan emosional dari pasangan untuk menyukseskan pemberian ASI.

Saat ini sudah menjadi hal yang umum bahwa sekitar 3-4 hari setelah perempuan melahirkan akan mengalami postpartum blues yaitu sangat mudah menangis tanpa tahu alasannya. Kondisi ini bisa berlangsung hingga seminggu atau terus berlanjut yang memicu depresi.

Depresi setelah melahirkan ini menyerupai jenis lain dari depresi yang meliputi perasaan putus asa, kesedihan, kelelahan dan gangguan tidur. Jika tidak ditangani bisa mempengaruhi pola asuh yang diberikan untuk si bayi.

"Perempuan ini jadi tidak bisa menikmati punya bayi, ia jadi tertekan dan memiliki beban emosional yang lebih besar. Diharapkan ada program untuk mendukung perempuan selama fase sensitif ini untuk mencegah depresi postpartum,"

Depresi Pasca Bersalin

Setelah melahirkan, banyak wanita memiliki suasana hati yang berubah-ubah. Mereka mungkin merasa bahagia di satu saat, kemudian sedih saat berikutnya. Beberapa wanita juga dapat kehilangan nafsu makan mereka, menderita masalah tidur, dan merasa sedih. Tapi, gejala ini seringkali disebabkan oleh “baby blues” – kondisi temporer yang dialami 50-80% wanita setelah melahirkan. Jika Anda tidak merasa lebih baik setelah seminggu atau lebih, Anda mungkin mengalami apa yang disebut sebagai depresi postpartum (depresi pasca melahirkan). Depresi postpartum memengaruhi sekitar 10-15% wanita setelah melahirkan.
Gejala

Gejala-gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan depresi umum, di antaranya:
  •     Merasa gelisah atau murung
  •     Merasa sedih, putus asa, dan kewalahan
  •     Kurang energi atau motivasi
  •     Banyak menangis
  •     Makan terlalu sedikit atau terlalu banyak
  •     Tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak
  •     Kesulitan berpikir atau membuat keputusan
  •     Memiliki masalah memori
  •     Merasa tidak berharga dan bersalah
  •     Kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas yang biasanya disukai
  •     Menarik diri dari teman dan keluarga

Penyebab


Depresi adalah penyakit mental yang cenderung menurun dalam keluarga. Wanita dengan riwayat keluarga depresi cenderung lebih mudah terkena depresi. Selain bakat bawaan, perubahan hormon setelah melahirkan diduga memicu depresi. Ketika Anda hamil, kadar hormon estrogen dan progesteron sangat meningkat. Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadar hormon tersebut dengan cepat kembali normal. Perubahan besar dalam kadar hormon dapat menyebabkan depresi. Ini mirip dengan perubahan hormon lebih kecil yang dapat memengaruhi suasana hati perempuan sebelum mendapat haid. Kadar hormon tiroid juga bisa turun setelah melahirkan. Tiroid adalah kelenjar kecil di leher yang membantu mengatur penggunaan dan penyimpanan energi dari makanan. Penurunan tingkat hormon tiroid dapat menyebabkan gejala depresi.
Pengobatan

Depresi postpartum dapat diobati dengan obat antidepresi dan konseling dengan psikiater. Jika Anda menduga seseorang yang Anda kenal mungkin menderita depresi postpartum, Anda harus berusaha membantu dia mengatasi masalahnya. Mereka seringkali enggan memeriksakan diri ke dokter karena takut mendapatkan stigma dari keluarga dan masyarakat.

0 comments:

Posting Komentar