TIPS DAN INFORMASI KESEHATAN
TIPS DAN INFORMASI KESEHATAN MAMA PINTAR

KECERDASAN ANAK

· · 0 comments


NUTRISI OTAK AGAR ANAK CERDAS

Menjadikan anak tumbuh sehat juga cerdas maka Kebutuhan nutrisi  yang diperlukan antara lain Lemak Pembangunan Otak, Lemak, terutama asam lemak (DHA dan ARA).
Adalah salah satu nutrisi yang penting untuk pertumbuhan otak dan mata anak.Kekurangan kedua jenis asam lemak esensial itu saat lahir berkorelasi dengan berat badan yang rendah, lingkar kepala yang kecil, dan ukuran plasenta yang rendah.
Akibatnya perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya pun turut terpengaruh.Pendapat di suatu penelitian yang dipublikasian oleh Brithis Medical Journal, Inggris, tahun 2001.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, berikan ASI seoptimal mungkin untuk si kecil. Sebab ASI terbukti mengandung asam lemak yang dibutuhkan otak untuk bisa berkembang.
Dari studi yang dilakukan di The University of Kentucky Chandler Medical Center, Amerika Serikat, terbukti IQ bayi yang diberi ASI jauh lebih tinggi dibanding dengan yang tidak diberi ASI.
Dan, pada saat anak mulai diberikan makanan padat, kebutuhan asam lemak itu bisa Anda penuhi dengan memberikan ikan, telur bebek, susu yang diperkaya DHA dan ARA, atau minyak jagung.

Karbohidrat Bahan Bakar Otak Glukosa dari makanan yang kaya karbohidrat merupakan bahan bakar otak yang amat penting agar otak berfungsi optimal.
Proses pengolahan informasi dan mengingat dapat berjalan dengan baik dengan terpenuhinya kebutuhan glukosa otak tersebut. Ini semua bisa didapatkan dengan memberikan anak berbagai jenis kacang-kacangan, kentang, buah-buahan seperti pisang, sawo, serta sayur-sayuran misalnya singkong dan daun ubi jalar.

Sedangkan untuk Protein Pembentukan Neurotransmiter adalah senyawa asam amino yang berperan terhadap proses pengolahan informasi di otak.
Kadar ini sendiri amat berpengaruh terhadap seberapa banyak protein yang ada dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Kebutuhan ini bisadidapat dari ikan, daging, keju, yogur dan kacang-kacangan Sedangkan kebutuhan Buah-buahan, Sayur-sayuran yang diperkaya antioksidan amat diperlukan untuk melindungi otak dari proses kerusakan sel-sel otak yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat, seperti proses belajarpun jadi terlambat

Anak yang cerdas merupakan dambaan setiap ibu, termasuk Anda tentunya. Tahukah Anda, setidaknya ada 3 faktor penting yang mempengaruhi kecerdasan seorang anak, yakni faktor genetik (keturunan), nutrisi, dan stimulasi lingkungan. Ketiga faktor tadi sangat berpengaruh dan saling mendukung terhadap pencapaian potensi anak yang optimal.

Faktor genetik memang tidak dapat diubah. Namun jangan lupakan faktor nutrisi dan stimulasi. Ibu yang cerdas akan memperhatikan kebutuhan anaknya akan nutrisi dan stimulasi sejak dini. Sehingga bukan tidak mungkin anak Anda nantinya tumbuh menjadi anak yang cerdas. Demikian yang terungkap dalam diskusi bertema “Be a Smart Mom: Memberikan Nutrisi Terbaik untuk Kecerdasan Anak” di Hotel Le Meridien, Jakarta, 1 November yang lalu.

Nutrisi Terbaik
Pada saat dilahirkan, setiap bayi memiliki sekitar 100 milyar sel otak, namun belum semua sel-sel otak bayi saling terhubung dengan sempurna.
Otak mengalami masa konstruksi sejak janin hingga dekade pertama masa kanak-kanak. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan hubungan antar sel tersebut adalah melalui pemberian nutrisi.
Selama masa konstruksi ini, lebih banyak sel-sel syaraf yang terbentuk dan dipakai. Kekuatan dan jumlah hubungan baru antar sel-sel syaraf tersebut menjadi dasar untuk memori pada seorang anak sampai masa dewasa.

Pada tahap awal kehidupan seorang anak, nutrisi yang baik sangatlah penting. Banyak zat gizi yang diperlukan untuk perkembangan otak yang sehat, antara lain protein dan asam amino, AA-DHA, GA (gangliosida), kolina, dan zat gizi mikro lainnya.

Salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan otak adalah gangliosida.
Gangliosida diperlukan untuk pembentukan memori dan fungsi umum otak besar, pertumbuhan dan pembentukan sel syaraf serta sebagai modulator, yang melakukan transmisi informasi dan menyimpan data.

Gangliosida secara alami banyak terdapat pada ASI terutama saat 6 minggu pertama menyusui. Oleh karena itu, dianjurkan kepada seorang ibu untuk memberikan ASI bagi buah hatinya.


Gangliosida juga dapat diperolah dari nutrisi yang mengandung gangliosida seperti susu. Ibu yang bijak diharapkan memberikan makanan tambahan yang mengandung gangliosida seperti susu bagi anaknya.

Stimulasi juga Penting
 
Hal penting yang perlu Anda ingat, nutrisi saja tidaklah cukup tanpa diimbangi dengan stimulasi sejak dini. Stimulasi dini memainkan peranan yang sangat penting dalam tumbuh kembang motorik bayi dan balita. Seorang ibu diharapkan dapat menstimulasi anak dengan bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya, berolahraga dan beraktifitas kretif lainya agar stimulasi untuk perkembangan otak anak semakin lengkap.

Diskusi yang menghadirkan Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K) dan Dr. Handryastuti, SpA sebagai narasumber ini menekankan agar anak secara teratur diberikan stimulasi yang merangsang perkembangan otaknya. Dalam diskusi juga hadir Mona Ratuliu yang bertindak sebagai moderator.

DUNIA anak adalah bermain. Tetapi dunia anak juga belajar. Keduanya memang senantiasa dilakukan anak, dan tidak terpisahkan dalam proses tumbuh kembang mereka. Namun ternyata tidak sedikit orangtua yang ingin . " memisahkan kegiatan ini.

ORANGTUA biasanya lebih senang jika anaknya duduk tekun di belakang meja, dan membuat tugas-tugas pekerjaan rumah.
Orangtua juga akan lebih bangga jika anaknya sedini mungkin telah bisa membaca dan menulis, bahkan berhitung. Tetapi jika anak terampil dalam permainan?
Berapa banyak orangtua yang melontarkan pujian untuk hal ini?

Psikolog dari Lembaga Psikolog Terapan (LPT) Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Muhammad Rizal MPsi, mengatakan, pada usia antara 0-5 tahun, yang disebut juga golden years period, orangtua dan pendidik perlu memberikan stimulasi yang cukup bagi anak.
Karena hanya dengan stimulasi, perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak akan mencapai tahap optimal.

Seringkali orangtua menjejali pelajaran anak pada usia 0-5 tahun, dengan cara belajar formal seperti metode classroom. Padahal metode itu tidak tepat diberikan.
Mengapa? karena rentang perhatian anak, dan aturan-aturan yang mengikuti metode ini, justru akan membuat anak kehilangan gairah dalam belajar. Metode yang paling tepat adalah memberikan stimulasi dengan bantuan permainan.

Permainan adalah semua media yang dipakai oleh anak untuk melakukan kegiatan bermainnya. Anak bisa menggunakan seluruh materi yang ditemui untuk melakukan aktivitas bermainnya. Tidak terbatas pada permainan yang secara khusus. Orangtua perlu memberikan dukungan kepada anak tetapi tetap mengawasi.

"Orangtua juga perlu memperhatikan apakah mainan yang diberikan sudah sesuai dengan usia anak. Bacalah manual mainan dengan baik, agar benar-benar memahami tujuan dan fungsi mainan tersebut," kata Rizal, yang dihubungi Berita Kota, belum lama ini. Hal tak kalah penting, orangtua mesti memahami dengan baik perkembangan anak. Baik itu perkembangan sosial, motorik, kognisi, maupun bahasa.

Bermain membuat anak bisa semakin cerdas. Lalu, kecerdasan apa yang dapat dikembangkan dengan permainan-pcrmainan? Howard Gardner (1983), meyakini bahwa ada setidaknya tujuh kecerdasan yang dimiliki setiap manusia. Untuk

itu perlu suatu stimulasi sejak dini, dan salah satu stimulasi yang bisa diberikan adalah melalui permainan. Ranah kecerdasan yang bisa dikembangkan adalah kecerdasan linguistik, logis-matematika, spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, dan intrapersonal.

Bisa saja satu permainan menstimulasi lebih dari satu macam ke cerdasan. Untuk itu orangtua perlu menyadari dengan baik sejak awal kecerdasan mana saja yang distimu-lasi oleh permainan tersebut. Cepat Bosan
Orangtua kerap mengeluh anaknya cepat bosan dengan mainan yang dibelikan, sehingga mainan menumpuk. Menurut Rizal, sebenarnya anak tidak begitu saja bosan dengan mainan yang lama. Lain waktu, anak akan kembali memainkan mainan lamanya.

"Sebetulnya bukan bosan, tapi mainan itu sudah tidak menantang lagi sehingga ditinggalkan. Ketika ada mainan baru, masih cukup menarik.
Ketika beberapa waktu ditinggalkan, mainan lama itu bisa saja dimainkan lagi dan dianggap menarik lagi," ujar Rizal.

Agar mainan tidak mubazir, psikolog lulusan Universitas Indonesia ini meminta orangtua membelikan sesuai dengan usia dan tujuan dari mainan tersebut. "Walau bagaimanapun bagusnya mainan itu tapi jika anak tidak tertarik untuk memainkan lebih baik jangan dibeli," sarannya.

Akan lebih baik lagi jika mainan itu dibuat sendiri sehingga lebih menggali kreativitas anak. Dia menyatakan, kesalahan orangtua dalam membeli mainan adalah biasanya tidak sesuai dengan usia anak. Bisa lebih maju atau lebih muda.
Mainan untuk anak usia tiga tahun, misalnya, pasti tidak cocok dimainkan anak usia setahun. Karena terlalu sulit, anak usia setahun tidak akan mau memainkan mainan tersebut. "Anak usia satu tahun diberi puzzle akan frustasi dan malah ditinggalkan," katanya mencontohkan.

Begitu juga sebaliknya, bagi anak usia lima tahun memainkan mainan usia tiga tahun, tidak akan menarik lagi karena terlalu mudah. Begitu juga harus diperhatikan tujuan membelikan mainanan tersebut, apakah berfungsi menstimulus perkembangan motorik atau kognitif.

Ia sekali lagi menekankan pentingnya tujuan orangtua membelikan mainan. Untuk anak-anak, mainan berfungsi sebagai sarana belajar (learning by playing). "Pada dasarnya tidak ada batasan usia anak-anak membutuhkan mainan. Bahkan sampai dewasa pun butuh mainan. Hanya ketika anak-anak mainan sebagai sarana belajar, sementara orang dewasa semata untuk fun," ujar Rizal, is

MENJAGA anak tetap aktif adalah salah satu tugas orangtua. Bersama mereka, Anda bisa mengajaknya bermain dan meski dilakukan di dalam rumah, rasanya tetap menyenangkan.

Saat cuaca cerah, si kecil bisa bebas bermain sepeda, berlarian di taman, bermain bola, dan sebagainya. Tapi saat musim hujan datang, aktivitas tersebut tak lagi bisa dilakukannya. Yang ada di rumah hanyalah permainan monopoli, video games, dan televisi.

Pernahkah Anda memikirkan apa yang dirasakannya saat hari libur hanya dihabiskan di rumah, tanpa aktivitas berarti? Kini, kreativitas Anda sebagai orangtua diuji.

Chase Lapine dan Larysa Didio dalam buku terbaru mereka, "Sneaky Fitness: Fun, Foolproof Ways to Slip Fitness into Your Child's Everyday Life" memaparkan aktivitas-aktivitas untuk anak berbagai umur yang akan mendorongnya selalu aktif setiap hari.

"Aktivitas bersama anak-anak ibarat fitness yang bermanfaat untuk kesehatan tubuhnya. Selain sehat, mereka juga ingin bersenang-senang dalam kegiatan bermainnya. Kuncinya, bagaimana cara Anda mengemas dan menyajikannya,” kata Lapine.

Sementara Didio mengatakan, aktivitas bermain (bergerak) akan memberikan manfaat besar dalam jangka panjang si kecil. Berikut tiga aktivitas menyenangkan untuk membuat anak-anak tetap bergerak, seperti dilansir Sheknows.

Melompat

Ada alasan saat orang mengatakan hal baik, “Perhatikan lompatan saat melangkah”. Meloncat itu hal menyenangkan. Buktinya, orang melompat saat mereka bahagia. Itulah mengapa permainan hip hop sangat baik untuk anak-anak, khususnya anak usia 5-10 tahun.

Cara bermainnya cukup sederhana. Gunakan masking tape atau kapur untuk menggambar garis lompatan di beberapa sudut ruangan yang tidak akan diduga anggota keluarga. Setiap kali ada seorang anggota keluarga yang akan melewati garis tersebut, mereka harus berjingkat.

Mengapa permainan ini baik untuk si kecil? “Melompat membakar kalori dua kali lebih besar daripada berjalan,” kata Didio.

Jiplak telapak kaki

Setiap anak pasti suka kegiatan menggambar dan mewarnai. Mencampur dan mewarnai di atas kertas adalah kegiatan menyenangkan dan pengalaman ajaib untuk mereka.

Tempelkan berlembar-lembar kertas pada lantai rumah. Lalu, biarkan si kecil menjiplakkan telapak kaki mereka yang penuh cat warna di kertas tersebut.

Permainan ini sangat sempurna untuk anak usia pra-sekolah dan anak usia 5-10 tahun. Permainan yang kelihatannya hanya senang-senang ini memberi kegunaan dalam membangun keseimbangan dan melatih anak olahraga kardiovaskular.

“Selain itu, anak akan merasa sangat gembira saat dibolehkan menggambar dengan tangan dan kaki mereka,” ucap Didio.

Meluncur bebas

Anak-anak senang meluncur bebas; di lantai, rumput, alat perosotan, dan sebagainya. Jangan larang mereka melakukan kesenangan tersebut karena aktivitas meluncur bebas bisa menjadi olahraga yang baik, kata Lapine dan Didio. Anak usia 5-10 tahun sangat ideal dilibatkan dalam permainan ini.

Untuk di rumah, cara bermainnya sederhana. Kenakan kaos kaki usang untuk si kecil dan meluncurlah di atas lantai tak berkarpet.

Lapine mengatakan, manfaat tersembunyi permainan meluncur bebas adalah anak-anak melakukan kegiatan olah fisik dan juga membuat lantai bersih.
CIRI-CIRI ANAK CERDAS!!!!!!

Kini orang tua semakin peduli dengan karakter anak, sejak mulai dipopulerkannya konsep kecerdasan emosi, Para orang tua semakin sadar dan yakin bahwa keberhasilan anak tidak lagi cukup dengan ketrampilan teknis dan pengetahuan ilmiah, namun juga dengan kemampuan pengendalian diri dan hidup bermasyarakat.

Secara garis besar ada dua hal utama dalam kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Langkah pertama mengajarkan kecerdasan emosi adalah mengenalkan berbagai jenis emosi kepada anak. Bagaimana caranya?

Tips sederhana dalam mengajarkan kecerdasan emosi adalah dengan sering menyebutkan berbagai jenis emosi kepada anak. Misalnya anak sedang cemberut, maka sebagai orang tua kita dapat menegaskan situasi emosi tersebut kepada anak, misalnya dengan menanyakan, “Adik cemberut, apa sedang kesal? Adik kesal apa karena Ibu melarang nonton TV?
Dengan demikian anak dipandu untuk terbiasa mengenali kondisi emosi dirinya dan penyebab munculnya emosi itu.

Cara lain adalah dengan menunjukkan berbagai gambar, atau mengomentari situasi baik di majalah, TV, maupun media lainnya. Misalnya ketika melihat TV di mana ada tokoh yang sedang sedih karena dinakali oleh tokoh lainnya (hal ini sering muncul di film kartun), maka kita berkomentar, Aduh, kasihan sekali si anu, pasti dia sangat sedih karena tindakan nakal temannya itu.
Hal yang sama dapat dilakukan pula saat membaca dongeng. Orang tua perlu berkali-kali menyebutkan situasi emosi para tokoh dalam cerita tersebut.
Selain memperkenalkan berbagai jenis emosi, pada saat yang sama anak juga belajar hal-hal yang menyebabkan munculnya emosi tersebut, misalnya perasaan sedih salah satu tokoh cerita karena ditipu atau dihina tokoh yang lain. Orang tua juga dapat pula memberikan penilaian moril atas situasi tersebut, misalnya menghina adalah suatu perbuatan buruk dan jahat, sehingga anak menjadi tahu nilai moril dari suatu perilaku. Dalam hal ini secara langsung kita juga telah mengembangkan kecerdasan spiritual anak (kecerdasan dalam mengenali dan mengelola nilai-nilai).

Ketika orang tua marah, sedih, bingung, kesal, gembira, dan situasi emosi lainnya, orang tua juga perlu menyampaikan alasannya. Misalnya, seorang anak bermain dan tidak membereskan mainannya setelah selesai, sang Ibu bisa berkata,Adik, Ibu sangat kesal melihat mainan yang berantakan, karena Ibu menjadi repot membereskannya. Ibu akan senang kalau Adik membantu Ibu membereskan mainan sendiri.
Dengan pernyataan itu sang anak akan belajar mengenali situasi emosi ibunya (kesal), sebab munculnya (mainan berantakan), dan mengapa sebab tersebut menyebabkan munculnya emosi tertentu (kesal karena repot membereskannya). Perlu ditunjukkan ekspresi yang sesuai dengan emosi saat melatih anak kecil (kalau kesal ya jangan tersenyum, namun tunjukkan wajah serius dan cemberut). Semakin dewasa nanti semakin mungkin menyampaikan emosi dengan ekspresi yang berlawanan misalnya dalam bentuk sindiran (kesal, namun tersenyum).

Apabila anak sedari dini usia telah sering dilatih untuk peka dalam mengenali emosi, maka semakin dewasa akan semakin mudah mengenali emosi, dan akhirnya dapat menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada.

0 comments:

Posting Komentar